Setiap orang selalu berbicara dan bercita-cita ingin ke surga. Demikian juga setiap agama membicarakan adanya ganjaran surga bagi umatNya yang benar-benar beriman pada ajaran-ajaranNya. Namun sudahkah umat manusia memahami bagaimana agar benar-benar bisa sampai ke surga?
Surga dipercaya adalah suatu tempat yang sangat indah, tidak ada lagi kesengsaraan atau penderitaan karena semua kebutuhan penghuninya semua terpenuhi. Setiap agama diajarkan oleh pembawa ajaranNya, merupakan orang yang mempunyai kemampuan dan pemahaman yang luar biasa. Beliau benar-benar tahu tentang prinsip-prinsip alam semesta yang sesungguhnya, bukan alam yang seperti kita pahami selama ini, dengan begitu Beliau tahu bagaimana jalan sesungguhnya untuk bisa sampai ke surga, Atas dasar kemampuannya melihat wujud tulen dari prinsip-prinsip jalan ke surga, maka Beliau mengajarkan pemahamanNya kepada manusia dengan harapan agar manusia tidak lagi berkubang di dunia yang kotor dan penuh dengan penderitaan ini, untuk kembali ke surga tempat asal manusia yang sebenarnya.
Setiap manusia yang meyakini pada suatu agama tertentu, dengan tekun berusaha menjalani setiap perintah dan menghindari larangan sesuai dengan yang tertulis di kitab masing-masing. Berusaha mengumpulkan pahala, menghindari dosa, serta berdoa untuk memohon kesehatan, kebahagiaan, kemakmuran dan lain-lain yang semuanya adalah untuk bagaimana agar bisa hidup dengan bahagia dan sejahtera di bumi ini.
Dengan permohonan ingin memperoleh semua kesenangan hidup di dunia ini, jika ditelaah lebih lanjut, seandainya semua doa kita tersebut dikabulkan, bukankah berarti kita sudah seperti hidup di surga?, hidup nyaman, bahagia, sehat wal afiat dan kaya raya semua terpenuhi. Lantas buat apa bercita-cita hidup di surga, bukankah hidup kita di dunia ini sudah begitu indah sesuai doa dan keinginan kita? Agama selalu mengajarkan kita untuk selalu berdoa kepada Tuhan, dan kita sudah terbiasa memohon kepadaNya untuk segala kenyamanan hidup seperti yang kita inginkan. Namun kenyataannya tetap saja penderitaan selalu menyertai manusia sepanjang hidupnya. Ketidakbahagiaan, sakit dan penderitaan yang lain selalu kita jumpai dalam hidup kita selama ini. Mungkinkan cara berdoa kita yang salah? Ataukah cara menjalani hidup ini yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh yang mengajarkan?
Setiap agama mengajarkan untuk berpikir lebih dahulu untuk orang lain sebelum kita memikirkan kepentingan diri sendiri, dengan begitu diri kita dapat terhindar dari perbuatan dosa. Misalnya Budha Sakyamuni megajarkan ajaran untuk “Berpantang-Samadi-Kebijakan.” Berpantang yaitu umatnya disuruh untuk menghambarkan nafsu keduniawian agar terhindar dari mengejar kepentingan pribadi, dengan begitu manusia tidak berbuat dosa lagi dalam usahanya mengejar nafsu pribadi tersebut. Sedangkan Tuhan Yesus mengatakan bahwa manusia penuh dengan dosa, dan untuk menebus dosa-dosa tersebut adalah dengan mau menderita. Beliau juga berkata jika kita ditampar pipi sebelah kiri maka kita berikan pipi yang sebelahnya (pipi kanan) lagi agar ditampar.
Ajaran-ajaran dari Budha Sakyamuni dan Tuhan Yesus ini mengisyaratkan kepada kita bahwa sebagai manusia tujuannya adalah bukan untuk mencari kenyamanan hidup di dunia ini, tetapi bagaimana agar kita dapat kembali ke surga. Dengan penuh kesadaran mau menjalani semua penderitaan dengan keteguhan iman, baik penderitaan fisik maupun penderitaan batin, ataupun dalam kekurangan materi.
Penderitaan bukanlah hal yang buruk, hanya orang-orang yang masih begitu kuat mengejar keterikatan hati manusia akan keduniawian yang menganggapnya sebagai hal yang sangat buruk. Orang yang begitu kuat mengejar kekayaan, kemasyuran, ketenaran sampai–sampai tidurpun tidak nyenyak. Seluruh isi otak diperas untuk mewujudkan harapannya, dan seluruh hati terisi oleh kekhawatiran, rasa curiga serta iri hati dan kebencian. Merasa sedih bukan kepalang saat kehilangan sedikit materi dan merasa senang bukan main saat mendapatkan sedikit materi. Apa yang yang terlintas di kepala dan di hati semua terefleksi pada sikapnya sehari-hari. Menggunjing, uring-uringan, memfitnah, menghasut, berbohong, menipu dan sebagainya, adalah cerminan orang yang nafsu keduniawiannya masih kuat, adalah sikap orang yang masih berpikir tentang kepentingan pribadi, kepentingan keluarga serta kepentingan kelompok.
Surga adalah tempat yang begitu indah, penuh kebahagiaan, dan tanpa penderitaan. Jika seandainya orang-orang yang masih belum mampu mengendalikan tujuh perasaan dan enam nafsunya ini masuk ke surga apakah diijinkan? Apakah mungkin? Apakah mungkin surga terisi oleh penghuni yang masih mempunyai tujuh perasaan dan enam nafsu tersebut? Jika iya, bukankah itu berarti di surga masih ada persaingan, saling cemburu, saling fitnah, saling mencederai, intrik mengintrik, berzinah, ketidakadilan dan sebagainya di antara penghuni surga tersebut?. Seandainya ada penghuni surga yang masih mementingkan harga diri dan kesombongan tersinggung oleh perkataan penghuni surga yang lain lalu naik pitam, bertengkar dan mendendam serta menghasut kelompoknya untuk membalas sakit hatinya kemudian timbul perang, bukankah sama menderitanya kehidupan di surga dengan di dunia? Lalu di mana letak perbedaannya antara kehidupan di surga dan kehidupan di dunia? Lantas di mana pula letak dari indahnya sebuah surga?
Surga yang digambarkan begitu indah, tentunya hanya boleh diisi oleh manusia yang tidak lagi mengejar keterikatan hati manusia tentang keduniawian. Orang yang sudah bisa membersihkan hati dari semua nafsu manusiannya, dan yang sudah bisa membersihkan pikiran dari khayalan-khayalan tentang keduniawian yang memabukan hingga lupa diri, sampai-sampai lupa tujuan yang sebenarnya menjadi manusia.
Di dalam ajaran setiap agama bukankah diajarkan bagaimana untuk selalu bersabar, dan ikhlas atas semua penderitaan yang menerpa kita? Bukankah Tuhan yang mengatur semua penderitaan kepada kita sebagai cobaan kepada kita dalam melewati ujian-ujianNya, lalu mengapa kita malah memohon kepadaNya untuk melenyapkan?
Tujuan Tuhan memberikan penderitaan kepada manusia adalah memberikan kesempatan kepada manusia untuk membayar dosa-dosa yang telah dihutang oleh manusia di dalam seluruh kehidupan sebelumnya. Dan Tuhan pula yang mengajarkan bagaimana untuk menjalani penderitaan tersebut sesuai kriteriaNya, lalu setelah manusia dinyatakan lulus dalam menjalani seluruh penderitaan di jalur kehidupan yang telah ditentukan olehNya, maka surga adalah tempat yang dijanjikan buat manusia.
Satu-satunya cara untuk menuju ke surga adalah menyingkirkan sifat-sifat hati manusia yang tidak baik, tujuh perasaan dan enam nafsu manusia, dengan cara menghambarkan semua itu dan tidak lagi terikat kuat padanya. Seperti kita ketahui, di semua agama mengatakan bahwa manusia yang terikat pada pengejaran nafsu duniawi akan mudah sekali diperalat oleh iblis, karena iblislah yang selalu menghalangi manusia kembali ke surga.