Mungkin hanya sedikit orang yang dapat memahami bagaimana cara mengumpulkan pahala dengan mudah dan gratis atau tanpa mengeluarkan uang. Sebagian besar orang hanya tahu mengumpulkan pahala adalah dengan bersedekah, memberikan sebagian uang atau hartanya kepada orang lain. Jarang orang ingat bahwa masih banyak jalan menuju ke surga, tidak hanya dimonopoli oleh orang-orang yang berduit, yang bisa mengumpulkan pahala dengan cara memberikan sebagian uangnya. Tuhan adalah Maha Adil, maka diberikanlah olehNya cara mengumpulkan pahala bagi orang yang tidak punya uang.
Sebelum membahas lebih lanjut, harus dipahami dulu tentang prinsip “Kehilangan dan memperoleh” (dari buku Zhuan Falun), yaitu untuk memperoleh sesuatu harus kehilangan, setelah kehilangan akan memperoleh sesuatu. Hal ini bisa dipahami bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang gratis dan tidak ada yang sia-sia. Segala sesuatu tidak dapat diperoleh dengan begitu saja, semua harus dengan mencurahkan usaha baru bisa mencapai apa yang kita harapkan. Begitu juga dengan pahala yang akan kita kumpulkan untuk bekal kita di kehidupan yang akan datang.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang sudah tidak peduli dengan kepentingan orang lain, yang dipikirkan selalu mengenai hal-hal yang menyangkut kepentingan pribadi. Bagaimana hidup enak dan nyaman yang selalu dicari sehingga melupakan bahwa diri sendiri telah melakukan keburukan yang mengakibatkan kerugian pada orang lain.
Dalam suatu keluarga kita sering lihat ada yang suka seenaknya buang sampah, mengambil sesuatu tidak pernah mau mengembalikan pada tempat semula, tidak mau peduli apakah kamar mandi yang dipakai bersama sudah begitu dekil yang butuh seseorang untuk membersihkan, pakaian dan barang-barang pribadi ditaruh disembarang tempat sehingga tampak berserakan di setiap ruangan, menumpahkan sesuatu di lantai tidak mau membersihkan, dan masih banyak lagi perilaku seseorang yang seenaknya sendiri, yang pada intinya hanya karena kemalasan diri sendiri sehingga menimbulkan kerugian dan kerepotan bagi orang lain. Tidak pernah lagi terlintas dipikirannya tentang keindahan, kebersihan dan kesulitan orang lain yang ditimbulkan oleh perilaku karena kemalasan dan mau enaknya sendiri. Orang yang berperilaku cari enaknya sendiri, tanpa sadar telah banyak menguras kebaikan/pahala (De) yang telah terkumpul, berubah menjadi dosa yang menumpuk.
Semakin banyak dosa yang menumpuk atau semakin minim kebaikan (De) yang seseorang miliki menyebabkan semakin merosotnya moral dan semakin banyak dosa seseorang, maka akan semakin banyak pula dia akan melakukan dosa karena tidak ada unsur kebaikan lagi dalam dirinya, sehingga semakin mudah dia dikendalikan oleh setan/iblis yang selalu mencoba menjerumuskan manusia dalam limbah dosa. Yang sombong menjadi semakin sombong, yang serakah menjadi semakin serakah, yang jahat menjadi semakin jahat, yang bejat menjadi semakin bejat, adalah contoh perilaku sehari-hari.
Adanya manusia yang mempunyai tabiat dan perilaku yang buruk ini sesungguhnya adalah menciptakan peluang bagi kita untuk mengumpulkan pahala. Tak peduli mereka mau mengatakan kita ini sok bersih, sok baik, sok peduli, bagi kita yang dengan ikhlas mau menjalani dan membenahi hal-hal buruk menjadi baik, hal-hal yang berantakan, kotor, tidak indah dan tidak benar, menjadi kembali bersih, indah dan benar, niscaya orang tersebut akan mengumpulkan pahala (De) yang berlimpah.
Setiap manusia yang telah menderita atau mau repot untuk orang lain, atau mau berkorban demi kebaikan orang banyak, yang rela meletakan kepentingan pribadi demi kepentingan orang lain, maka Tuhan akan selalu berada di sisinya. Sebaliknya orang yang egois, selalu mementingkan kepentingan pribadi, kepentingan keluarga, kepentingan kelompok, maka adalah setan/iblis yang selalu menyertainya. Bagi orang yang mempunyai kemampuan supernormal, melihat orang seperti ini benar-benar yang dia pancarkan adalah aura hitam (karma/dosa) serta ada wajah iblis di sebalik wajah orang-orang tersebut. Bagi sebagian orang yang tidak mempunyai kemampuan supernormal mungkin tidak akan percaya bahwa dosa/karma dan pahala/De itu memang benar ada dan benar-benar terlihat. Orang-orang seperti ini biasanya sudah tidak peduli tentang berapa banyak keburukan yang telah dia lakukan, karena sudah tidak bisa membedakan mana perbuatan baik dan seperti apa perbuatan buruk.
Sesungguhnya kebaikan-kebaikan kecil yang nampak sepele, yang kita lakukan setiap detiknya merupakan kumpulan pahala (De) yang akan terkumpul tanpa kita sadari, dan tentu saja dalam kita melakukan harus dengan hati yang ikhlas, bukan sambil bekerja namun hati juga mendongkol serta mulut mengomel tak kunjung henti. Mengumpulkan pahala sebenarnya adalah mudah dan murah, hanya saja kita malas atau tidak mengumpulkannya? ikhlas atau tidak melakukannya?
Melakukan dengan ikhlas adalah melakukan dengan hati tulus, tanpa mengeluh, menggerutu, mengomel ataupun memperbincangkan setiap saat hanya untuk mengatakan kepada semua orang bahwa diri sendiri telah berjasa besar seolah telah menjadi pahlawan. Bukankah seharusnya semua yang telah kita lakukan disyukuri dengan diam dan berterimakasih dalam hati karena kita telah mengumpulkan pahala atas usaha kita sendiri yang telah melakukan amal perbuatan yang baik?
Dibicarakan sebaliknya, sebenarnya kehilangan pahala (De) adalah sama mudahnya dengan kita mengumpulkannya. Tinggal ikhlas tidaknya kita membuang kemalasan dan sifat mau enak sendiri atau sifat egois kita. Semua ini adalah manifestasi dari prinsip kehilangan dan memperoleh, ada yang kehilangan pahala (De), maka ada yang memperoleh pahala (De). Hanya kita sendirilah yang memutuskan, mau dipihak yang kehilangan De atau di pihak yang memperoleh De, karena seringkali manusia lupa bahwa sifat malas, culas dan egois adalah sifat keiblisan, yang semakin dipupuk akan menjadikan seseorang itu memasuki jalur iblis, tanpa dia sadari. Apalagi jika pekerjaan itu adalah kewajiban yang harus dikerjakan sebagai bentuk tanggungjawabnya karena akan dibayar dengan uang/gaji maka lebih harus berhati-hati dalam menjalankan tugasnya, jangan sampai disebut makan gaji buta, bisa menjadi berlipat ganda dosa-dosanya.