Tingkat Kesadaran (Level of Consciousness )

"Ketika membicarakan keberadaan dunia lain dengan segala makhuk penghuninya (ghoib), ada orang yang percaya ada yang tidak, yang tidak percaya karena belum mengalami atau belum bisa melihat keberadaan dimensi tersebut, juga karena menyangkut tingkat kesadaran seseorang. Semakin tinggi kesadaran akan semakin bijaksana dalam mengambil keputusan yang hendak dilakukan, karena semua perbuatan manusia juga akan berdampak pada kehidupan di dimensi lain baik yang menentang ataupun yang mendukung atas pilihan tersebut. Maka terjadinya bencana alam dan penderitaan juga bukan suatu kebetulan--karena semua benda memiliki jiwa". Kenali dan pahami hukum alam semesta dan mekanismenya dalam bekerja : Sejati Baik Sabar (真善忍 - Zhēn Shàn Rěn) ----- www.falundafa.org (multi bahasa)

Kebaikan yang Terkumpul Menjadi Dosa

Dalam kehidupan sehari-hari hampir setiap orang menghitung setiap hal yang telah dia lakukan dalam menolong orang, atau dalam hal kehilangan materi karena orang lain, seolah ingin menunjukkan betapa dia baik hati atau betapa dia kaya materi karena telah mengeluarkan sekian-sekian rupiah. Betapa sering kita mendengar orang berkata, “Saya barusan menolong si-A, katanya anaknya sakit, maka saya terpaksa meminjaminya uang, padahal sebenarnya saya juga butuh uang itu”. Sebagian lagi mengatakan, ”Yang rugi saya ini, sudah harus bayari, masih harus ngasih uang pula!” Bahkan masih ada lagi yang berkata lebih kasar, ”Rugi amat baikin dia, kenal aja sebenarnya males, boro-boro ngasih uang, diutang aja saya keberatan, dasar orang miskin tidak tahu malu! Mendingan kenal sama orang yang bikin kita ikutan kaya!”

Sebenarnya banyak orang yang belum memahami, bahwa semua kebaikan tidak ada yang sia-sia. Seperti yang diajarkan di agama, semua kebaikan membuahkan pahala akan tetapi berapa orang yang benar-benar memahami dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan ikhlas? Rata-rata orang melakukan kebaikan hanya sebagai formalitas atau sekedar ingin mendapat pujian dan mencari nama.

Dari buku Zhuan Falun yang pernah saya baca, saya mendapat pemahaman baru bahwa setelah berbuat kebaikan dan menahan penderitaan kita akan mendapat substansi putih (De) atau pahala (dalam bahasa saya). Substansi putih (De) dalam pandangan orang yang mempunyai kemampuan supernormal adalah berupa cahaya berwarna putih. Substansi putih inilah yang akan terkumpul setelah kita melakukan kebaikan atau setelah kita menahan penderitaan. Substansi putih ini pula yang nantinya oleh Tuhan ditukar dengan berkah, dan menjadi landasan bagiNya dalam menentukan kelak manusia masuk surga atau neraka, menjadi miskin atau kaya, menjadi hidup penuh menderita atau tidak saat terlahir lagi sebagai manusia.

Ada teman saya yang mempunyai kemampuan supernormal, sudah bisa melihat keberadaan substansi putih (De) ini. Dia telah melihat saat seseorang mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati, maka terbang segumpal De dari tubuhnya kemudian masuk dan melekat ke tubuh orang yang telah tersakiti hatinya. Jika semakin sering kita menyakiti dan melakukan perbuatan yang merugikan orang lain, maka De yang kita kumpulkan dari kebaikan yang telah kita lakukan akan menjadi sia-sia karena setiap saat bisa berkurang hanya karena kita tidak pernah bisa menahan diri untuk tidak merugikan orang lain, baik melalui perkataan maupun perbuatan. Sekalipun untuk sekedar ingin pamer, mencari nama atau minta diakui dan dihormati, maka tanpa sadar kita telah mengeluarkan kata-kata yang merendahkan seseorang.

Setiap orang yang telah melakukan kebaikan memang akan menambah De, namun jika hati tidak ikhlas maka kebaikan itu akan menjadi sia-sia. Mungkin bisa diumpamakan saat kita memberi uang sejuta rupiah, maka kita akan mendapat sejuta De dari orang yang kita beri kebaikan, namun karena hati kita tidak ikhlas melakukan, maka setiap saat bertemu orang lain tanpa sadar kita selalu menggunjing, mengumpat atau menjelek-jelekkan orang yang kita tolong tadi, maka berapa banyak De/pahala yang telah kita peroleh dari memberinya uang satu juta harus kita berikan lagi kepada dia?. Bayangkan jika seandainya sejuta De yang telah kita peroleh menjadi ludes bahkan tekor kembali ke orang tersebut, dan bisa-bisa kita termasuk orang yang minim atau kekurangan De. Bukankah sia-sia seluruh kebaikan yang telah kita lakukan sepanjang kehidupan kita ini? lalu akan kemanakah setelah kematian kita, jika kita tidak mempunyai bekal pahala apapun di kehidupan yang akan datang? 

Bahkan karena memiliki sifat iri hati dan rasa benci, kita belum melakukan kebaikan apapun pada seseorang tapi setiap hari sudah menggunjing tak kunjung hentinya, seolah lidah ini gatal kalau tidak menyebut namanya, atau hati ini belum terpuaskan kalau belum mempermalukan/memfitnah dia ke semua orang. Lalu akan berapa banyak De yang akan kita berikan kepadanya? Dan akan berapa banyak De yang tersisa yang akan kita tukarkan dengan berkah dari Tuhan? Dan yang lebih parah lagi, berapa banyak penderitaan yang harus kita jalani karena dosa yang telah kita kumpulkan setiap detiknya hanya karenannya?

Dari pemahaman yang saya dapat ini, saya benar-benar menyadari bahwa untuk mengumpulkan De atau pahala adalah sangat sulit jika tanpa keikhlasan, dan yang lebih sulit lagi adalah saat kita harus meredam sifat-sifat buruk serta nafsu duniawi kita. Tanpa bisa meredam itu semua, maka setiap saat kita akan mengalami kebocoran/kehilangan pahala yang telah kita kumpulkan dengan susah payah, karena De atau pahala ini hanya akan kita peroleh setelah kita berbuat kebaikan atau menahan penderitaan. Dan dengan banyak sedikitnya De ini pula Tuhan akan menentukan di mana tempat kita dan akan menjadi apa kita kelak setelah kematian raga kita.