Tingkat Kesadaran (Level of Consciousness )

"Ketika membicarakan keberadaan dunia lain dengan segala makhuk penghuninya (ghoib), ada orang yang percaya ada yang tidak, yang tidak percaya karena belum mengalami atau belum bisa melihat keberadaan dimensi tersebut, juga karena menyangkut tingkat kesadaran seseorang. Semakin tinggi kesadaran akan semakin bijaksana dalam mengambil keputusan yang hendak dilakukan, karena semua perbuatan manusia juga akan berdampak pada kehidupan di dimensi lain baik yang menentang ataupun yang mendukung atas pilihan tersebut. Maka terjadinya bencana alam dan penderitaan juga bukan suatu kebetulan--karena semua benda memiliki jiwa". Kenali dan pahami hukum alam semesta dan mekanismenya dalam bekerja : Sejati Baik Sabar (真善忍 - Zhēn Shàn Rěn) ----- www.falundafa.org (multi bahasa)

Mengapa Tuhan Menciptakan Iblis

Bukan suatu kebetulan jika Tuhan menciptakan iblis, setan atau makhluk-makhluk rendah lainnya, karena pen-ciptaan atas semua itu pastilah ada alasan dan tujuanNya. Mungkin seperti dalam ajaran Tao tentang “Yin dan Yang” yaitu keseimbangan antara yang positif dan yang negatif dalam alam semesta ini, atau dengan kata lain sesuai dengan prinsip alam semesta yaitu “saling menghidupi dan saling melengkapi”.

Itulah mengapa dalam kehidupan ini baru ada bahagia jika ada sengsara adalah jika tidak ada unsur negatif maka tak mungkin ada unsur positif. Kita tidak akan bisa merasakan seperti apa kebahagiaan jika tidak ada kesengsaraan. Atau, kita baru bisa mengatakan panas karena kita tahu bagaimana rasanya dingin. Dengan demikian dikatakan ada orang baik tentunya karena adanya orang yang tidak baik.

Alasan Tuhan mencipta dan mengijinkan iblis hadir di alam ini dan tidak memberantasnya adalah karena mereka juga suatu kehidupan, yang juga mempunyai hak mempertahankan kehidupannya, sama dengan manusia dan makhluk hidup lainnya yang berusaha mempertahankan hak untuk hidup dan meraih impiannya. Hanya saja mereka diciptakan oleh Tuhan sebagai unsur negatif.

Dengan demikian jika tidak ada iblis, mungkin selamanya manusia tidak bisa mencapai surga karena bagaimana Tuhan akan membedakan antara manusia yang layak menjadi penghuni surga dengan manusia yang sudah tidak layak. Jika tidak ada iblis maka niscaya tidak ada ujian untuk membedakan bahwa kita adalah orang baik diband-ing dengan orang lain yang selalu terbujuk oleh rayuan iblis untuk melakukan perbuatan jahat atau negatif.

Selayaknya sebagai manusia yang diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang paling mulia, tentu dibekali kesadaran untuk bisa membedakan antara perbuatan yang positif dan yang negatif, antara bisikan iblis atau bisikan hati nurani. Namun sayangnya karena manusia juga dibekali dengan enam nafsu dan tujuh perasaan maka menjadi tidak mudah bagi manusia mempertahankan statusnya sebagai makhluk yang paling mulia. Hanya karena tidak bisa mengendalikan nafsu ingin bersaing, nafsu sex, ingin kaya, ingin ternama, ingin berkuasa, perasan iri hati, curiga, cinta, benci, marah, dendam dan sebagainya bahkan rela melakukan kejahatan dan keburukan, serta rela melepas statusnya sebagai manusia mulia menjadi manusia nista di mata Tuhan. Dengan melihat ketidak berdayaan manusia dalam mengendalikan diri dihadapan bujukan iblis, maka tentunyaTuhan merasa sedih atas perilaku kita sebagai manusia yang telah diciptakanNya dengan sempurna.

Bagaimanapun untuk menjadi manusia penghuni surga adalah tidak semudah yang kita bayangkan selama ini, yaitu kita harus mempunyai kesadaran yang kuat un-tuk mengendalikan diri sendiri, yaitu mampu mengendalikankan keterikatan hati pada enam nafsu dan tujuh perasaan kita. Kalau hati kita masih mempunyai keterikatan yang kuat pada nafsu dan perasaan, maka iblis dengan mudah akan memperalat keterikatan hati kita tersebut untuk melakukan hal-hal yang menyimpang dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan terhadap manusia.

Seandainya semua manusia bisa menjadi penghuni surga, lantas buat apa Tuhan menciptakan neraka?, buat apa menciptakan bumi tempat kita bercokol sekarang?. Jadi bagaimana mungkin Tuhan akan mengabulkan doa kita yang meminta pertolonganNya untuk dijauhkan dari godan setan dan iblis, jika kita sendiri tidak berupaya untuk mengendalikan diri dan menolak bujukan iblis melakukan kejahatan dan keburukan. Bagaimana mungkin kita berdoa memohon kepada Tuhan untuk masuk surga, jika kita tidak berusaha melakukan semua perintah Tuhan, dan tidak bisa mengendalikan sifat-sifat buruk kita.

Keinginan ke surga adalah atas usaha kita sendiri bagaimana mewujudkannya, bukan semata-mata Tu-han ingin manusia kembali masuk ke surga lantas Tuhan membawa kita ke sana. Jika demikian siapa yang telah berusaha, Tuhan ataukah kita manusia?. Manusia menjadi manusia adalah kesalahan manusia sendiri, karena saat manusia berada disurga telah terbujuk oleh iblis untuk melanggar peraturan yang berlaku di surga, yang telah ditetapkan oleh Tuhan di sana, sehingga manusia dijatuhkan ke tempat manusia sekarang berada, dianggap sudah tidak layak menjadi penghuni surga karena sudah tidak memenuhi kriteria yang berlaku di sana. Karena manusia telah melakukan dosa selama di surga, maka tempatnya adalah di sini, bukan lagi di surga, dikumpulkan jadi satu dengan manusia pendosa yang lainnya untuk diberi kesempatan sekali lagi untuk bisa kembali pulang tempat asal manusia yang sebenarnya.

Beruntung Tuhan Maha Belas Kasih, sehingga masih berkenan menunjukan cara kepada manusia untuk kembali ke surga, memberitahu rintangan yang mesti dilalui, dan memberi tahu pantangan yang tidak boleh dilanggar selama perjalanan menuju ke sana. Semuanya itu hanya masalah kesanggupan kita dalam melaluinya, sanggup atau tidak mempertahankan status sebagai makhluk paling mulia, sanggup atau tidak merubah watak dan moral kita agar sesuai dengan kriteria kemulian manusia di mata Tuhan, yang sesuai dengan kriteria makhluk penghuni di surgaNya.